Kamis, 24 Oktober 2013

Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu dalam persalinanAsuhan Sayang Ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara proses paling mudah membahayakan mengenai Asuhan Sayang Ibu adalah dengan menanyakan pada diri kita sendiri, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan?” atau “Apakah asuhan yang seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil?”.Beberapa prinsip dasar Asuhan Sayang Ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al., 2000). Disebutkan pula bahwa hal tersebut di atas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan vakum, cunan, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin et. al., 2000).

Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan


  1. Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga martabatnya
  2. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut
  3. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
  4. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
  5. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
  6. Berikan dukungan, besarkan dan tentramkan hatinya serta anggota-anggota keluarganya
  7. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/ atau anggota keluarga lain selama persalinan dan kelahiran bayinya
  8. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga tentang bagaimana mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
  9. Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara konsisten
  10. Hargai privasi ibu
  11. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
  12. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
  13. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang ia menginginkannya
  14. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan ibu
  15. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi, insiasi menyusu dini dan membangun hubungan psikologis
  16. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah bayi lahir
  17. Siapkan rencana rujukan (bila perlu)
  18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan mencukupi semua bahan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahirpada setiap kelahiran.

Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca Persalinan

  1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
  2. Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI sesuai dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI eksklusif
  3. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan
  4. Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayi
  5. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul atau kekhawatiran.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa ibu-ibu di Indonesia tidak mau meminta pertolongan tenaga terlatih untuk memberikan asuhan persalinan dan melahirkan bayi. Sebagian dari mereka beralasan bahwa penolong terlatih tidak memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya. Penyebab lain dari kurangnya utilisasi atau pemanfaatan fasilitas kesehatan adalah peraturan yang rumit dan prosedur tak bersahabat/ menakutkan bagi para ibu. Contohnya adalah tak memperkenankan ibu untuk berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mengizinkan anggota keluarga menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi tertentu selama persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayinya segera setelah bayi dilahirkan.

Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan.Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang berharga. Walaupun beberapa menit bila BBL tidak segera bernapas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan).


Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan.

Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:
  • Gunakan ruangan yang hangat dan terang.
    Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.
  • Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu terbuka).
    Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
    Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan lampu menjelang persalinan.

Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
  • Siapkan 3 lembar kain yang bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan, misalnya handuk, kain flanel dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung. 
    Kain ke-1 untuk mengeringkan bayi; 
    Kain ke-2 untuk menyelimuti bayi; 
    Kain ke-3 untuk ganjal bahu bayi. 
    Kain untuk ganjal bahu bisa dibuat dari kain (handuk kecil, kaos dan selendang.
  • Alat penghisap lendir DeLee atau bola karet
    Alat ventilasi: tabung dan sungkup/ balon dan sungkup.
    Jika mungkin sungkup dengan bantalan udara untuk bayi cukup bulan dan prematur.
  • Kotak alat resusitasi
  • Sarung tangan
  • Jam atau pencatat waktu

Alat penghisap lendir DeLee

Alat penghidap lendir DeLee
Alat penghidap lendir DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lendir khusus untuk BBL

Bola karet penghisap

Bola karet penghisap


Tabung dan sungkup

Tabung dan sungkup
Tabung dan sungkup/ balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keadaan terpasang dan steril.
Tabung/ balon serta sungkup dan alat penghisap lendir DeLee dalam keadaan steril, disimpan dalam kotak alat resusitasi.

Cara menyiapkan

  • Kain ke-1
    Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah lahir. Bagi bidan yang sudah biasa terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut ibu, sebelum persalinan akan menyiapkan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
  • Kain ke-2
    Fungsi kain kedua adalah menyelimuti BBL agar tetap kering dan hangat. Kain kedua digelar di atas tempat resusitasi. Saat memulai resusitasi, bayi yang diselimuti kain kesatu akan diletakkan di tempat resusitasi, di atas gelaran kain kedua.
  • Kain ke-3
    Fungsi kain ketiga adalah untuk ganjal bahu bayi. Kain digulung setebal kira-kira 2 cm dan dapat disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi (posisi menghidu).
  • Alat resusitasi
    Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lendir DeLee dan alat resusitasi tabung/ balon dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah diambil sewaktu-waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
  • Sarung tangan
  • Jam atau pencatat waktu

Persiapan Diri

Pastikan penolong sudah menggunakan alat pelindung diri untuk melindungi dari kemungkinan infeksi:
  • Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik, masker, penutup kepala, kaca mata, sepatu tertutup).
  • Melepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.
  • Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alkohol dan gliserin.
  • Mengeringkan dengan kain/ tissue bersih.
  • Menggunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung (Buku Acuan Kesehatan Maternal dan Neonatal, yayasan Bina Pustaka sarwono Prawiroharjo. Jakarta 2002).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada primi < 3 cm, dan pada multi < 5 cm. (Sinopsis Obstetri, Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. jilid I ).
Bila periode laten terlalu panjang, dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan AKB dan AKI. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric, berkaitan dengan penyulit kelahiran premature, dan terjadinya infeksi khorioamnionitis.
KPD disebabkan oleh karena berkurangnya usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda – tanda persalinan. (Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharko. Jakarta 2002)
 
ETIOLOGI
Sampai saat ini, penyebab dari KPD belum dikethui dengan pasti, namun prinsipnya, berkurangnya kekuatan lternat oleh karena adanya peningkatan tekanan intra uteri, misalnya pada hidramnion dan gemeli.

PATOGENESIS
1.    Adanya hipermotilasi rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
2.    Selaput ketuban terlalu tipis.
3.    Infeksi lamnionitis / korioamnionitis
4.    ltern – ltern lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervic incompetent dll
5.    KPD artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.




Penilaian klinis :
·      Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina, jika tidak ada, dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian bawah janin, atau meminta pasien batuk / mnegejan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dnegan tes lakmus (nitrazin test), merah menjadi biru. Membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
·       Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG
·       Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda – tanda infeksi bila suhu ibu > 38 ° C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban, dengan test LEA (lekosit esterase), lekosit darah > 15.000 / mm3. janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intra uteri.
·       Tentukan tanda – tanda inpartu, tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvic. (Maternal Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Prawiriharjo. Jakarta 2002)
·       Memeriksa adanya cairan yang berisi meconeum, vernic kaseosa, rambut lanugo, bila telah terinfeksi berbau.
·       Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis cerviks dan apakah ada bagian yang sudah pecah
·      Periksa PH forniks posterior pada prom PH adalah basa (air ketuban)
·      Pemeriksaan histopatologi air (ketuban). Aborization dan sitologi air ketuban (synopsis lternati)

PENGARUH DARI KPD
Pengaruh KPD dibagi menjadi 2, yaitu :
1.     Pengaruh terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tetapi pada janin memungkinkan sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterine lebih dahulu terjadi (amnionitis, vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Selain itu, air ketuban yang keluar terus – menerus akan mempengaruhi suplai makanan dan O2 terhadap janin, sehingga besar kemungkinan akan terjadi infeksi terhadap janin.
2.     Pengaruh terhadap Ibu
Karena jalan sudah terbuka, maka dpat terjadi infeksi intranatal, apalagi bila terlalu sering dilakukannya periksa dalam. Selain itu dapat dijumpai infeksi puerperalis (nifas) peritonitis, septicemia, dary labor.
Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat, dan nampaklah gejala – gejala infeksi.

PENANGANAN KPD
Penanganan KPD dibagi menjadi 2 cara, yaitu :
1.    Secara konservatif
·       Rawat di rumah sakit
·       Berikan antibiotic (ampisillin 4x500 mg / eritromicyn bila alergi terhadap ampicillin) dan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
·       Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar (sampai air ketuban tidak keluar lagi).
·       Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa (-) negative, beri dexamethasone, observasi tanda – tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
·       Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi seesudah 24 jam.
·       Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
·       Nilai tanda – tanda infeksi (suhu naik, leukosit, dan tanda – tanda infeksi intra uterin)
·       Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan asteroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan, periksa kadar lacitin dan spingoielin tiap minggu, dosis dexamethasone 12 mg/hari, dosis tunggal selama 2 hari, dexamethasone IM 5 mg/6 jam/hari sebanyak 4x.
·       Bila tanda – tanda infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi, dan persalinan diakhiri, dengan :
·       Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC
·       Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan dan lakukan persalinan per vaginam. (Buku Acuan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiriharjo. Jakarta 2002).
·       Selain itu, penatalaksanaan persalinan dengan KPD dapat dilakukan dengan :
a.    Bila anak belum viable, (<36 minggu), penderita dianjurkan untuk istirahat di tempat tidu, dan berikan obat antibiotika profilaksis, spasmolifika, dan robaransia. Dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable
b.    Bila anak sudah vaibel (>36 minggu), lakukan induksi partus 6 – 12 jam setelah lagpase, dan lakukan antibiotika profilaksis, pada kasus – kasus dimana indukdi partus dengan drip sintosinon gagal, maka lakukan tindakan operatif.
Jadi, pada kasus KPD penyelesaian persalinan dapat melalui :
a.    Partus spontan
b.    Ekstraksi vakum
c.    Embriotomi, bila anak sudah meninggal
d.    Sectio sesaria, bila ada indikasi obstetric.
(Sinopsis obstetric, Dr. rustam Muchtar. Jilid I)
2.    Secara aktif

KOMPLIKASI KPD
Komplikasi yang ditimbulkan dari KPD antara lain :
1.       Komplikasi pada anak IUFD prematuritas
2.       Komplikasi pada Ibu
Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi nifas. (Sinopsis Obstetri, Dr. Rustam Muchtar).

PENATALAKSANAAN KPD
Ketuban pecah
< 37 Minggu
≥ 37 Minggu
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Berikan penicillin, gentamicyn, dan metronidazole, lahirkan bayi.
Amoxillin + eritromicyn untuk 7 hari, steroid untuk pematangan paru.
Berikan penicillin, gentamicyn, dan metronidazole, lahirkan bayi
Lahirkan bayi
Antibiotika setelah melahirkan
Profilaksis
Infeksi
Tidak ada infeksi
Stop antibiotika
Lanjutkan untuk 24 jam setelah bebas panas
Tidak perlu antibiotika

Rabu, 23 Oktober 2013

Persalinan di Air (Water Birth)

Metode melahirkan di dalam air atau water birth semakin populer dan menjadi tren persalinan. Banyak yang merasakan manfaatnya. Selain mampu mereduksi rasa sakit, persalinan di dalam kolam berisi air hangat juga membuat ibu hamil memiliki tenaga lebih untuk mengejan.  Seperti dikutip dari Modernmom.com, beberapa penelitian bahkan mengklaim bahwa metode melahirkan dalam air juga bermanfaat bagi bayi yang akan dilahirkan. Berdasar laporan Waterbirth Internasional, metode ini membutuhkan sebuah kolam bersalin khusus berisi air dengan suhu 95-100 derajat Fahrenheit. Sangat disarankan menghindari penggunaan bathtubs atau kolam anak kecil, karena sulit akan mempertahankan suhu yang tepat. Berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang water birth.
Persalinan di air (Inggris: waterbirth) adalah proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air hangat.
Sejarah
Persalinan di air merupakan perkembangan yang relatif baru yang diperkenalkan di Eropa, Perancis pada tahun 1803. Pada 1970-an, beberapa bidan dan dokter di Rusia dan Prancis menjadi tertarik dengan cara-cara membantu bayi melakukan transisi dari dalam kehidupan di dalam rahim dengan kehidupan di luar sehalus mungkin.
Keprihatinan mereka bahwa perawatan bersalin modern, dengan banyak intervensi, membuat bayi menjadi traumatis. Beberapa dokter, termasuk dokter kandungan Perancis Frederic Leboyer (1983), berpikir bayi dapat terkena dampak seumur hidup karena cara mereka lahir ke dunia.
Manfaat
Melahirkan di dalam air membantu ibu hamil merasa lebih rileks sehingga dapat mengurangi rasa sakit saat persalinan. Dalam rendaman air, kulit akan memiliki elastisitas lebih besar, sehingga memperkecil risiko robek pada jalan lahir bayi. Melahirkan dalam air juga bermanfaat untuk bayi. Medium air memudahkan transisi bayi dari rahim, berisi cairan ketuban, ke dunia luar. Pendukung teknik ini mengatakan bahwa persalinan dalam air tak berbahaya. Bayi akan bernapas dalam air, karena dia tidak akan mulai menggunakan paru-parunya sampai dia dibawa ke udara dalam 10 detik pertama setelah lahir.
Bagi ibu
  • Ibu akan merasa lebih relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi elastis.
  • Metode ini juga akan mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu dirasakan.
  • Di dalam air proses pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
Bagi bayi
  • Menurunkan risiko cedera kepala bayi.
  • Meskipun belum dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi yang lahir dengan metode lain.
  • Peredaran darah bayi akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan
Resiko dan prasyarat
  • Kemungkinan air kolam tertelan oleh bayi sangat besar. Kondisi ini menyebabkan proses membutuhkan bantuan dokter kebidanan dan kandungan, juga spesialis anak yang akan melakukan pengecekan langsung saat bayi lahir. Sehingga jika ada gangguan bisa langsung terdeteksi dan diatasi.
  • Hipotermia atau suhu tubuh terlalu rendah akan dialami ibu jika proses melahirkan berlangsung lebih lama dari perperkiraan.
  • Bayi berisiko mengalami temperature shock jika suhu air tidak sama dengan suhu si ibu saat melahirkan yaitu 37 derajat celcius.
  • Tidak dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil , sehingga harus melahirkan dengan bedah caesar.
  • Bila bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan persalinan di air.
  • Bila si ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat bertahan diair.
  • Kolam plastik yang digunakan harus benar benar steril agar tidak rentan terinfeksi kuman dan virus lainnya.
Tahapan persalinan
Proses persalinan di air memiliki tahapan yang sama seperti melahirkan normal. Hanya saja dengan ibu berendam dalam air hangat, membuat sirkulasi pembuluh darah jadi lebih baik. Akibatnya akan berpengaruh pula pada kontraksi rahim yang jadi lebih efektif dan lebih baik. Sehingga waktu tempuh dalam proses persalinan ini lebih singkat daripada proses melahirkan normal biasa.
Berikut tahapannya:
  • Ibu masuk ke dalam air ketika akan melahirkan, ibu mengalami fase pembukaan laten dan aktif. Saat fase aktif pembukaan sudah mencapai 5cm, ibu baru bisa masuk ke kolam air. Pada fase ini biasanya dibutuhkan waktu sebentar saja, sekitar 1-2 jam untuk menunggu kelahiran sang bayi.
  • Sikap rileks, biasanya begitu ibu masuk ke dalam kolam air akan terasa nyaman dan hilang rasa sakitnya. Ibu dapat duduk dengan relaks dan bisa lebih fokus melahirkan. Dapat juga posisi lain seperti menungging.
  • Mengedan seiring kontraksi. Di dalam air, mengedan akan lebih ringan, tidak menggunakan tenaga kuat yang biasanya membuat terasa lebih sakit. Air akan memblok rangsang-rangsang rasa sakit. Jadi, rasa sakit yang ada tidak diteruskan, melainkan akan hilang dengan sendirinya. Ditambah lagi kemampuan daya apung dari air yang akan meringankan saat mengedan. Mengedan mengikuti irama datangnya kontraksi. Bayi yang keluar juga tak perlu bantuan manipulasi tangan atau lainnya, kecuali terlihat agak seret keluarnya. Kontraksi yang baik akan mempercepat pembukaan rahim dan mempercepat proses persalinan. Apalagi dengan ibu berendam dalam air, dinding vagina akan lebih rileks, lebih elastis, sehingga lebih mudah dan cepat membukanya. Hal ini pula yang menyebabkan tak perlunya jahitan setelah melahirkan, kecuali bila memang ada robekan.
  • Pengangkatan bayi. Setelah keluar kaki bayi dan tubuh seluruhnya, barulah bayi diangkat. Darah yang keluar tidak berceceran ke mana-mana, melainkan mengendap di dasar kolam, demikian pula dengan ari-ari bayi.Kontraksi rahim yang baik menyebabkan perdarahan yang terjadi pun sedikit.
  • Ketika bayi keluar dalam air, mungkin orang khawatir bayi akan tersedak, namun, sebetulnya bila diingat prinsipnya, bayi hidup sembilan bulan dalam air ketuban ibu. Jadi, begitu dia lahir keluar ke dalam kolam, sebetulnya dia lahir ke lingkungan dengan kondisi yang hampir mirip dalam kandungan, yaitu ke dalam air dengan suhu yang sama seperti halnya ketika dalam rahim. Ketika bayi keluar dalam air, saat itu bayi belum ada rangsang untuk bernapas. Setelah diangkat ke permukaan barulah terjadi perubahan, timbul rangsangan untuk bernapas dan biarkan ia menangis. Setelah stabil kondisi pernapasannya, barulah digunting tali pusarnya. Mengingat melahirkan di air membuat sirkulasi oksigen ke bayi lebih baik, maka ketika bayi lahir tampak kulit yang lebih kemerahan.
  • Artinya, oksigenisasi ke bayi lebih baik dan membuat paru-parunya pun jadi lebih baik. Bayi juga tampak bersih tak banyak lemak di tubuhnya. Kemudian bayi dibersihkan dengan disedot sedikit dan dibersihkan tali pusarnya.
Metode
Ada dua metode persalinan di air
  • Persalinan di air murni. Ibu masuk ke kolam persalinan setelah mengalami pembukaan 6 (enam) sampai proses melahirkan terjadi.
  • Persalinan di air emulsion. Ibu hanya berada di dalam kolam hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetap dilakukan di tempat tidur
Kelemahan
Sebuah penelitian mengungkap kekhawatiran bahwa medium air akan membuat tali pusat menjadi kusut atau terkompresi, sehingga bayi kemungkinan akanterengah-engah dan menghisap air ke dalam paru-paru mereka. Studi tahun 2002 yang dipublikasikan dalam jurnal kesehatan Pediatrics juga menyimpulkan bahwa persalinan dalam air meningkatkan risiko bayi tenggelam.Situs Live Science menambahkan bahwa kelahiran dalam air tidak direkomendasikan oleh American College of Obstetricians and Gynecologists sebagai pilihan proses melahirkan yang layak. Persalinan dalam air dikhawatirkan memicu risiko pneumonia atau infeksi pada otak, dan serangan kekuarangan oksigen.
Risiko
Wanita dengan kondisi medis tertentu atau kehamilan rumit harus menghindari melakukan proses melahirkan di dalam air. Termasuk wanita dengan herpes, tekanan darah tinggi, wanita yang telah mengalami pendarahan tak terduga selama perjalanan kehamilan, wanita yang mengandung bayi kembar, dan ketika bayi dalam posisi sungsang. Melahirkan di dalam air juga tidak direkomendasikan untuk wanita yang masuk ke persalinan prematur.
Selamat datang di blog Coretanku :)),. terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk berkunjung disini.. semoga blog ini bermanfaat bagi anda.. selamat menikmati. I hope you are happy.. :))